وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan. Jangan kalian bersujud pada matahari dan jangan (pula) pada bulan, tetapi bersujudlah kalian kepada Allah yang menciptakan semua itu, jika kamu hanya menyembah-Nya.
Q.S. Fushilat : 37
Hari Selasa besok, 8 November 2022 para ahli astronomi telah memprediksi akan terjadi gerhana bulan total. Di Indonesia akan nampak terlihat dengan jelas. Dewan Syariah Wahdah Islamiyahpun telah mengeluarkan surat imbauan kepada kader dan sismpatisan Wahdah Islamiyah yang akan melihat fenomena langka ini.
Surat imbauan dengan nomor: K.008/IL/DSY-WI/04/1444 itu berisi tentang pelaksanaan gerhana bulan total.
Dewan Syariah Wahdah Islamiyah mengimbau kepada seluruh anggota Wahdah Islamiyah di seluruh wilayah dan daerah serta kaum muslimin secara umum untuk memperhatikan hal-hal berikut:
- Salat gerhana hukumnya sunah muakadah menurut jumhur ulama.
- Salat gerhana hanya dilaksanakan jika gerhana terjadi di wilayah masing-masing.
- Menghidupkan beberapa ibadah yang dianjurkan ketika terjadinya gerhana, seperti salat,
memperbanyak zikir, doa, istigfar, sedekah dan amal saleh lainnya. - Salat gerhana dikerjakan sebanyak dua rakaat dengan mengeraskan bacaan surah dalam
salat, dan setiap rakaat dua kali rukuk dan dua kali sujud. - Waktu pelaksanaan salat gerhana sudah boleh dilaksanakan sejak awal terjadi gerhana dan
batas akhir pelaksanaanya pada saat berakhirnya gerhana. - Disunahkan dilaksanakan secara berjemaah dan boleh dilaksanakan secara sendiri-sendiri,
akan tetapi jumhur ulama memandang lebih utama dilaksanakan secara berjemaah. - Disunahkan untuk diserukan kalimat “asshalatu jaami’ah” pada saat hendak dilaksanakan
salat gerhana dan tidak disyariatkan pelaksanaan azan dan ikamah. - Tata Cara Salat Gerhana:
Imam berdiri bertakbir lalu membaca surah al-Fatihah dengan menjaharkannya lalu membaca
surah yang panjang, lalu rukuk dengan rukuk yang lama meskipun lebih pendek dari ketika
berdiri membaca surah, lalu bangkit dari rukuk dengan mengucapkan: “Sami’allahu liman
hamidah, rabbanaa walakal hamdu”. Lalu berdiri dengan berdiri yang lama dengan membaca
surah al-Fatihah dan surah lainnya meskipun lebih pendek dari berdiri yang pertama. Lalu
rukuk dengan rukuk yang lama meskipun lebih pendek dari rukuk yang pertama, lalu sujud
dengan sujud yang lama, kemudian duduk di antara dua sujud, kemudian sujud dengan sujud
yang lama. Kemudian melanjutkan salat di rakaat kedua seperti pada rakaat yang pertama
dengan dua kali rukuk yang panjang dan dua kali sujud yang panjang seperti yang dilakukan
pada rakaat pertama kemudian tasyahud lalu salam. - Setelah melaksanakan salat gerhana disunahkan berkhotbah kepada para jemaah dengan
memberikan peringatan kepada mereka agar tidak lalai dan hanya takut kepada Allah, serta
memerintahkan mereka untuk memperbanyak doa dan istigfar. - Jika telah selesai salat sebelum berakhirnya gerhana, maka dianjurkan untuk berzikir kepada
Allah dan berdoa hingga berakhirnya gerhana dan tidak perlu mengulang salat. Dan jika
gerhana telah berakhir pada saat sementara salat, maka salat tetap dilanjutkan hingga selesai
meskipun tidak memperpanjang lagi salatnya. - Tidak dianjurkan mengqada salat gerhana jika gerhana telah berakhir sebelum salat.
Untuk daerah Sulawesi Selatan, waktu ideal Salat Gerhana adalah bakda magrib sampai berakhirnya gerhana yaitu pukul 20.49 Wita atau waktu fase bagian berakhir.
Selain shalat, kamu juga bisa banyak berdo’a, bertakbir dan banyak bersedekah seperti dalam hadis riwayat muslim dengan nomor 901, “Sesungguhnya matahari dan bulan itu merupakan dua (tanda) dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang dan tidak juga karena kehidupan seseorang. Oleh karena itu, Jika kalian melihat hal tersebut maka hendaklah kalian berdo’a kepada Allah, bertakbir, shalat dan bersedekah”.
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَا يَكْسِفَانِ لِمَوْتِ اَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّهُمَا آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ تَعَالَى فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَقُومُوا وَصَلُّوا
Sungguh, gerhana matahari dan bulan tidak terjadi sebab mati atau hidupnya seseorang, tetapi itu merupakan salah satu tanda kebesaran Allah Ta’ala. Karenanya, bila kalian melihat gerhana matahari dan gerhana bulan, bangkit dan shalatlah kalian. (H.R. Bukhari Muslim).
Berikut isi surat imbuan Dewan Syariah Wahdah Islamiyah terkait fenomena gerhana bulan total.